Pendahuluan
Latar Belakang
Indonesia merupakan
sebuah negara yang kaya akan komoditas sumberdaya perikanan. Negara Indonesia
yang dikenal dengan negara kepulauan menyebabkan setiap wilayah yang ada di
Indonesia tidak lepas dari perairan pantai, hal tersebut menjadi salah satu
keuntungan bagi masyarakat yang ada di Indonesia terutama masyarakat yang
bermukim di pesisir pantai, karena telah menjadi salah satu mata pencaharian
yang potensi bagi masyarakat Indonesia (Burhani, dkk., 2013).
Ikan adalah hewan
berdarah dingin, ciri khasnya adalah mempunyai tulang belakang, insang dan
sirip, dan terutama ikan bergantung dengan air sebagai medium dimana tempat
mereka tinggal. Ikan memiliki kemampuan di dalam air bergerak dengan menggunaka
sirip untuk menjaga keseimbangan tuuhnya sehingga tidak tergantung pada arus
atau gerakan air yang disebabkan oleh arah angin. Dalam keluarga hewan
bertulang belakang /vetebrata ikan menempati jumlah terbesar hingga sekarang
terdapat sekitar 25.000 spesies yang tercatat, walaupun perkiraannya ada pada
kisaran 40.000 spesies, yang terdiri dari 483 famili dan 57 ordo (Burhanuddin,
2012).
Ikan merupakan hewan
vertebrata yang paling banyak tersebar di dunia, ikan memiliki lebih dari
20.000 spesies yang tersebar di dunia dan ikan memiliki banyak bentuk. Bentuk
tubuh ikan sangata berkaitan dengan habitat dan cara hidupnya secara umum
bentuk tubuh ikan bilateral simetris. Ikan sebagai hewan air memiliki beberapa
mekanisme fisologis yang tidak dimiliki oleh hewa darat. Perbedaan habitat
menyebabkan perkembangan organ-organ ikan disesuaikan dengan kondisi lingkungan
(Lagler, dkk., 1977).
Ikan merupakan
organisme yang jumlah biomassanya terbesar dan juga organisme besar yang
mencolok yang dapat ditemui di ekosistem terumbu karang. Banyaknya celah dan
lubang yang terdapat di daerah terumbu karang memberikan tempat tinggal,
perlindungan, tempat mencari makan dan berkembang biak bagi ikan dan hewan invertebrata
yang berada disekitarnya. Ikan harus dapat mengetahui kekuatan maupun arah
arus, karenanya ikan dilengkapi dengan organ yang dikenal sebagai linnea
lateralis (Yasir, dkk., 2010).
Fisiologi mempelajari fungsi organ-organ tubuh atau fungsi keseluruhan organisme.
Organ artinya alat-alat
tubuh seperti hati, paru-paru, insang, jantung, ginjal yang merupakan bagian tubuh hewan
sedangkan pada tumbuhan organ antara lain meliputi akar, batang, daun, bunga. Organ-organ tersebut menyusun suatu organisme yaitu
makhluk hidup baik yang makroskopik (berukuran besar, dapat dilihat dengan mata
manusia tanpa bantuan alat) maupun yang mikroskopis (berukuran kecil, tidak
dapat dilihat dengan mata manusia tanpa bantuan alat). Fisiologi mencakup
pembahasan tentang apa yang dilakukan oleh makhluk hidup dan bagaimana mereka
melakukan agar mereka lulus hidup dan dapat mengatasi berbagai tantangan dari
lingkungan hidupnya sehingga mereka dapat beradaptasi dan memppertahankan
eksistensinya (Maulana, 2012).
Pengenalan struktur
ikan tidak terlepas dari morfologi ikan yaitu bentuk luar ikan yang merupakan
ciri-ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari jenis-jenis ikan.
Morfologi ikan sangat berhubungan dengan habitatnya, sehingga ada baiknya kita
mempelahari bagian bagaian tubuh ikan secara keseluruhan beseta ukuran-ukuran
yang digunakan dalam identifikasi. Misalnya sebagai hewan air, baik itu
diperairan laut atau tawar menyebabkan ikan
mengetahui konsentrasi cairan untk berosmeregulasi
(Wahyuningsih dan Ternala, 2006 ).
Hidup secara bebas diperairan menyebabkan ikan bisa memakan
apa saja yang ditemukan. Makanan tersebut dapat berupa lamun, zooplankton,
zoobentos, ataupun ikan kecil lainnya. makanan yang dimakan oleh ikan
dimanfaatkan langsung dalam siklus metabolisme hidupnya yang akan berpengaruh
terhadap pertumbuhan, reproduksi, dan tingkat keberhasilan hidup ikan di
perairan sehingga ketersediaan makanan di suatu perairan merupakan faktor yang
mempengaruhi besar kecilnya populasi ikan di perairan tersebut.
Persaingan dalam hal makanan, baik antara
spesies maupun antara individu dalam spesies yang sama akan mengurangi persediaan
makanan, sehingga yang diperlukan oleh ikan tersebut menjadi pembatas (Novita,
2013).
Makanan bagi ikan dapat merupakan faktor yang menentukan
populasi, pertumbuhan, dan kondisi ikan, Macam makanan satu spesies ikan
tergantung pada umur, tempat, waktu, dan alat pencernaan dari ikan itu sendiri.
Pakan ikan secara ekologis merupakan hal yang utama dalam mempengaruhi
penyebaran ikan
khususnya
ikan air tawar. Dengan mengetahui makanan atau kebiasaan makan satu jenis ikan dapat
dilihat hubungan ekologi antara ikan dengan organisme lain yang ada di suatu
perairan, misalnya bentuk-bentuk pemangsaan, saingan, dan rantai makanan.
Makanan ikan adalah organisme hidup baik tumbuhan ataupun hewan yang dapat
dikonsumsi ikan di habitatnya, dapat berupa tumbuhan (makrofita), algae,
plankton, ikan, udang, cacing, benthos, dan serangga atau larva serangga. Urutan
kebiasaan makanan ikan dikategorikan ke dalam tiga golongan yaitu pakan utama, pelengkap,
dan tambahan (Asyari dan Fatah, 2011).
Ikan sepat siam merupakan salah satu spesies ikan yang
hidup di perairan umum. Ikan ini tergolong ke dalam kelompok ikan sungai yang habitatnya
di perairan rawa. Ikan sepat siam memiliki kelebihan dalam pembudidayaan dan nilai ekonomisnya.
Namun ikan sepat rawa ini populasinya berkurang karena adanya persaingan dengan
ikan alami lainnya seperti ikan sepat siam yang kebutuhan pakan dan persyaratan
hidupnya hampir sama dan adanya kecenderungan penangkapan ikan yang berlebihan. Ikan sepat rawa memiliki nilai ekonomi
yang tinggi, dimana awalnya adalah sebagai sumber protein di daerah pedesaan,
namun sekarang sudah merupakan sumber protein bagi warga perkotaan bahkan dijadikan
sebagai cendramata dan makanan bagi para pengunjung ke daerah penghasil
(Patriono, dkk., 2012).
Tujuan Praktikum
Tujuan
dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui cara makan Ikan Sepat (Trichogaster pectoralis)
dalam mengambil makanan dalam perairan.
2.
Untuk
mengetahui metode yang digunakan untuk mengukur kebiasaaan makan Ikan Sepat
(Trichogaster
pectoralis).
3. Untuk mengetahui jenis makanan yang
terdapat pada usus Ikan Sepat (Trichogaster
pectoralis).
Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini adalah sebagai sumber
informasi tentang makan dan kebiasaan makan, jenis makanan yang dimakan oleh
Ikan Sepat (Trichogaster pectoralis) serta sebagai salah satu syarat masuk
mengikuti praktikal di Laboratorium
Biologi Perikanan Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan Sepat (Trichogaster pectoralis)
Ikan sepat (Trichogaster pectoralis) memiliki ciri-ciri bentuk tubuhnya seperti
ikan sepat siam yaitu tubuhnya pipih, kepalanya mirip dengan ikan gurami muda
yaitu lancip. Panjang tubuhnya tidak dapat lebih besar dari 15 cm, permulaan
sirip punggung terdapat di atas bagian yang lemah dari sirip dubur. Pada tubuhnya
ada dua bulatan hitam, satu di tengah-tengah dan satu di pangkal sirip ekor.
Sirip ekor terbagi ke dalam dua lekukan yang dangkal, memiliki permulaan sirip punggung atas yang lemah dari sirip
duburnya, bagian
kepala dibelakang mata dua kali lebih dari permulaan sirip punggung di atas bagian
berjari-jari keras dari sirip dubur (Murjami, 2009).
Sepat memiliki warna kehijauan sampai kebiruan dengan
beberapa pita warna kuning bewarna gelap dan sebuah bercak di tengah sisi pada
pangkal sirip ekor, termasuk kedalam subordo Anabantoidei yang memiliki labirin
pada insang sebagai ciri khususnya, adanya organ ini memungkinkan ikan
menghirup oksigen dari udara. Kebanyakan hidup di air yang tenang dan kadang-
kadang hidup di perairan dengan konsentrasi oksigen rendah di antara vegetasi
yang lebat. Membangun sarang berbusa dimana mereka menyimpan telurnya. Ciri-
cirinya pada sirip perut mempunyai jari- jari seperti filamen yang panjangnya
hampir sama dengan panjang badan, sirip ekor berbentuk sabit sedikit cekung (Habibi, dkk., 2013).
Ikan sepat siam memiliki sisik ctenoid, sisik yang
berwarna sedikit gelap garis berbentuk seperti sirculi dan anuli. Di bagian
anterior sisik terdapat radii dan pada bagian postorior terdapat rigi-rigi yang
terdiri dari satu baris atau lebih. Ikan sepat siam banyak di temukan di perairan
rawa, ikan ini termasuk ikan yang bertahan pada lingkungkungan yang berlumpur
dan miskin oksigen kerena memiliki
labyrint. Ikan ini termasuk golongan ikan pemakan semua memilki sifat omnivore
(Muslimatun dkk., 2013).
Keberadaan ikan sepat disuatu
perairan terkait dengan keberadaan tumbuhan air. Tumbuhan air mendukung perkembangan
ikan sepat siam di danau ini. Tumbuhan air penting bagi ikan sepat siam pada
saat bereproduksi. Ikan sepat siam memijah dengan membuat sarang dan meletakkan
telurnya pada sarang yang ditempelkan di tumbuhan air. Selain aspek reproduksi,
tumbuhan air juga berkaitan erat dengan proses ikan ini mencari makan
(Prawira dan Rahardjo, 2014).
Ikan
sepat siam bersifat musiman dan kehidupannya masih liar di alam. Karena
sifatnya musiman sehingga ada tidaknya ikan sepat rawa di pasaran tergantung
kepada musim. Agar ikan sepat selalu ada di pasaran diperlukan adanya
pemeliharaan ikan sepat rawa di lingkungan budidaya. Ikan sepat siam terdiri dari berbagai varietas,
sehingga diteliti pula varietas mana yang paling baik pertumbuhannya apabila
dipelihara di lingkungan budidaya. Ikan sepat siam
menyukai rawa-rawa, danau, sungai dan parit-parit yang berair tenang terutama yang banyak ditumbuhi tumbuhan air, juga kerap terbawa oleh banjir dan masuk ke kolam-kolam
serta saluran- saluran air
hingga ke sawah. Ikan ini sering ditemui di tempat-tempat yang terlindung oleh
vegetasi atau sampah-sampah yang menyangkut di tepi air
(Herliwati dan Mirjani, 2012).
Makanan Ikan Sepat (Trichogaster pectoralis)
Makanan utama ikan sepat adalah berupa tumbuh-tumbuhan air, cacing dan
larva nyamuk. Rotifera dan kutu air juga cocok untuk makanan benih ikan ini
maka ikan ini dapat digolongkan sebagai ikan omnivora dan diharapkan dapat
diberikan makanan buatan atau makanan tambahan. Jenis pakan yang dapat
diberikan pada ikan berupa pakan alami maupun pakan buatan. Secara umum pakan
ikan yang baik mengandung protein antara 20 – 40 %, lemak antara 5 – 14 % dan
khusus untuk ikan omnivora kandungan karbohidratnya menghendaki sekitar 9%
saja. Banyaknya pemberian pakan setiap harinya secara optimal adalah 30% dari
berat tubuh. Menurut kebiasaan tempat makan, ikan
sepat termasuk jenis floating feeder yaitu pemakan di permukaan air, terkadang juga
bersifat bottom feeder yaitu pemakan
di dasar perairan. Ikan sepat termasuk ikan yang aktif, bergerak cepat ketika diberi
pakan tambahan
(Murjani, 2009).
Jentik nyamuk terdiri dari kepala,
toraks, dan abdomen, serta ada corong udara dengan pekten dan sekelompok
bulu-bulu. Sepanjang hidupnya, jentik kebanyakan berdiam di permukaan air
walaupun mereka akan berenang ke dasar kontainer jika terganggu atau sedang
mencari makanan. Pada saat istirahat, jentik membentuk sudut dengan permukaan
air. Umur rata-rata pertumbuhan mulai jentik
sampai menjadi kepompong nyamuk berkisar antara 8-14 hari. Jentik mengalami
empat masa pertumbuhan (Instar) yaitu instar I sampai instar IV (Rosarie,
2011).
Ada dua faktor yang
meransang ikan untuk makan. Pertama, faktor yang mempengaruhi motivasi internal
atau pendorong ikan untuk makan, termasuk waktu, musim, intensitas cahaya, saat
dan jenis makanan berakhir, suhu, dan ritme internal lainnnya. Kedua, adalah
ransangan makan yang diterima oleh indera seperti bau, rasa, tampila dan sebagainya. Gabungan kedua
faktor tersebut menentukan kapan dan bagaimana ikan akan makan dan apa yang
ingin dimakannnya. Ransangan visual yang mampu memicu ikan mencari makan dapat
berupa gerak, warna, atau bentuk. Intensitas cahaya mempengaruhi gerak ikan
dalam mencari makanan (Rahardjo,
dkk., 2011).
Kelompok makanan ikan
yang dilihat dari banyaknya jenis makanan yang dimakan dapat digolongkan
menjadi tiga kelompok yaitu yang pertama yaitu makanan utama atau dasar yaitu
makanan yang biasa atau umumnya dikomsumsi oleh ikan meliputi bagian terbesar
dari yang terkandung di dalam lambung. Kedua, makanan sekunder atau tambahan
yaitu makan yang sering ditemukan di dalam lambung ikan tetapi jumlahnya kecil
atau sedikit. Ketiga, makanan pelengkap yaitu makanan yang jarang ditemukan di
dalam lambung ikan bahkan tidak ditemukan di lambung (Ramli dan Rifai, 2010).
Ikan pada umumnya akan mencari
makanan yang jenis dan ukurannya sesuai dengan bentuk dan ukuran mulutnya.
Apabila ikan tersebut bertambah besar maka ikan akan mengubah makanannya baik
dalam ukuran maupun kualitasnya. Berdasarkan variasi tipe makanan yang
dikonsumsi, ikan dibedakan menjadi euriphagic
yaitu ikan pemakan bermacam-macam makanan, stenophagic
yaitu ikan pemakan makanan yang macamnya sedikit atau sempit, dan monophagic yaitu ikan yang makanannya
terdiri dari satu macam. Makanan yang dimanfaatkan oleh ikan pertama-tama
digunakan untuk memelihara tubuh dan menggantikan organ-organ tubuh yang rusak,
sedangkan kelebihannya digunkan untuk pertumbuhan (Novita, 2013).
Suatu spesies ikan di alam memiliki
hubungan yang sangat erat dengan keberadaan makanannya. Beberapa faktor makanan yang berhubungan dengan populasi
tersebut yaitu jumlah dan kualitas makanan yang tersedia, akses terhadap makanan,
dan lama masa pengambilan sejumlah makanan oleh
ikan dalam populasi tersebut. Adanya makanan di perairan selain terpengaruh
berbagai oleh kondisi biotik seperti diatas ditentukan pula oleh
kondisi lingkungan seperti suhu, cahaya, ruangan luas permukaan. Jenis makanan
yang akan dimakan oleh ikan tergantung ketersediaan jenis makanan dialam dan
juga adaptasi fisiologis ikan tersebut misalnya panjang usus, sifat dan kondisi
fisologis pencernaan, bentuk gigi, bentuk tubuh dan
tingkah lakunya (Andri, 2013).
Kebiasaan Makan Ikan Sepat (Trichogaster
pectoralis)
Kebiasaan
makanan adalah jenis, kualitas dan kuantitas makanan yang dimakan oleh ikan.
Faktor yang mempengaruhi jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh suatu
spesies ikan adalah umur, tempat dan waktu. Keberadaan makanan alami di alam
sangat tergantung dari perubahan lingkungan, seperti kandungan bahan organik,
fluktuasi suhu, itensitas cahaya matahari, ruang dan luas tempat pencarian
makanan. Jadi ikan dengan spesies sama dan hidup di habitat yang berbeda, dapat
mempunyai kebiasaan makanan yang tidak sama. Tidak semua macam makanan yang ada
dalam suatu perairan dimakan oleh ikan. Beberapa faktor yang mempengaruhi
dimakan atau tidaknya suatu zat makanan oleh ikan antara lain yaitu ukuran
makanan, warna makanan, dan selera ikan terhadap makanan (Ahzani, 2015).
Kebiasaan makanan ikan dipelajari untuk menentukan gizi
alamiah ikan tersebut. Pengetahuan tentang kebiasaan makanan ikan dapat
digunakan untuk melihat hubungan ekologi diantara organisme diperairan tempat
mereka berada, misalnya bentuk pemangsaan, persaingan, dan rantai makanan.
Jadi, makanan dapat merupakan faktor yang menentukan bagi keberadaan populasi.
Kebiasaan makanan adalah jenis, kuantitas dan kualitas makanan yang dimakan
oleh ikan, sedangkan kebiasaan cara makan adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan waktu, tempat dan lebih lanjut, bagaimana cara ikan
memperoleh makanannya (Irawati, 2011).
Setiap organisme membutuhkan energi untuk kelangsungan
hidup, pertumbuhan, pemeliharaan, dan berkembangbiak yang diperoleh dari
makanan yang dikonsumsinya. Dari sejumlah makanan yang dimakan oleh ikan kurang
lebih hanya 10% yang digunakan untuk tumbuh dan menambah beratnya, sedangkan
yang selebihnya digunakan untuk tenaga atau memang tidak dapat dicerna. Hal ini
juga berhubungan dengan sistem pencernaan yang terjadi dalam tubuh ikan. Secara
umum, saluran pencernaan pada ikan terdiri dari mulut, rongga mulut, faring,
esofagus, lambung, pilorus, usus, rektum dan anus. Sedangkan kelenjar
pencernaannya terdiri dari hati dan kantong empedu. Di samping itu, saluran
pencernaannya (lambung dan usus) juga berfungsi sebagai kelenjar pencernaan
(Sari, 2008).
Usus
ikan berada diantara pilorik dan rectum. Fungsi usus selain sebagai organ untuk
mencerna makanan, juga sebagai tempat penyerapan makanan. Pada usus daerah
penyerapan ini berkaitan dengan panjang usus, banyak lipatan usus jumlah
mikrofili dan keberadaan pilorik. Panjang usus seringkali berkaitan dengan
makanannya. Ikan-ikan herbivora umumnya mempunyai panjang usus beberapa kali
lebih panjang dari panjang tubuhnya sedangkan ikan karnivora dan omnivora
umumnya mempunyai panjang usus lebih pendek. Karena dengan memakan daging lebih
mudah dicerna daripada serat tumbuhan. Selain panjang sebenarnya yang penting
adalah area permukaan internal mukosa usus. Ikan herbivora dan karnivor mempunyai villi yang
tinggi sehingga daerah penyerapan makanan cukup luas (Rahardjo, dkk., 2011).
Usus mempunyai banyak variasi, berdasarkan
kebiasaaan makanan ikan dapat ditentukan dari perbandingan panjang saluran
pencernaannya dengan panjang total tubuhnya. Ikan herbivora memiliki saluran
pencernaan yang panjang dan berkali lipat dibandingkan panjang tubuhnya dan
makanan utamanya terdiri dari tumbuhan (pemakan tumbuhan), oleh karena itu ikan
herbivora memiliki usus yang lebih panjang karena tumbuhan memerlukan waktu
yang lama untuk dicerna. Sedangkan dengan ikan karnivora memiliki usus yang
lebih pendek dan hanya memakan daging. Ikan omnivora memiliki kondisi
fisiologis yang merupakan gabungan antara ikan karnivora dan ikan herbivora
yang makanannya terdiri dari tumbuhan dan hewan. Ikan omnivora mempunyai sistem
pencernaan antara bentuk herbivora dan karnivora, memiliki lambung dan usus
yang pendek, tebal dan elastis (Muchtar, 2015).
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum
ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 27 Maret 2017 pukul 15.00
WIB sampai dengan selesai di Laboratorium Terpadu, Program Studi Manajemen
Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Alat dan Bahan Praktikum
Alat
yang digunakan pada praktikum ini adalah cawan petri digunakan untuk tempat
meletakkan usus ikan, nampan untuk tempat meletakkan ikan, pisau cutter
untuk alat bedah perut ikan, gelas ukur untuk mengukur volume pengenceran
makanan dalam usus ikan, kertas milimeter
block digunakan sebagai alat pengukuran panjang ikan dan usus ikan, timbangan
untuk mengetahui berat ikan, alat tulis untuk mencatat hasil praktikum dan kamera
digital untuk mengambil dokumentasi praktikum.
Bahan
yang digunakan dalam praktikum ini adalah Ikan Sepat (Trichogaster pectoralis) sebagai bahan
utama pengamatan, air untuk bahan mengukur volume makanan dalam usus ikan,
tissu untuk membersihkan alat yang telah digunakan.
Prosedur Praktikum
Prosedur
praktikum ini adalah sebagai berikut
:
1. Alat
dan bahan praktikum disiapkan.
2. Usus
ikan sepat dibedah dengan
menggunakan pisau cutter.
3. Usus
ikan sepat diukur panjangnya
menggunakan kertas millimeter block.
4. Usus
ikan dikerik sampai bagian isi usus keluar.
5. Usus
dan isi usus ikan ditimbang menggunakan timbangan analitik.
6. Air
dimasukkan ke dalam gelas ukur sebanyak 10 ml.
7. Usus
dan bagian isi usus ikan yang telah dikerik dimasukkan ke dalam gelas ukur .
8. Volume
pengenceran usus dan makanan dalam usus ikan dihitung menggunakan rumus.
9. Hasil pengamatan dicatat dalam buku gambar dan didokumentasikan menggunakan kamera digital.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo :
Perciformes
Family : Osphronemidae
Genus : Trichogaster
Spesies : Trichogaster pectoralis (Syahputra, 2014).
Hasil Identifikasi
1. Bentuk Mult Ikan : Non-Protactile
2. Bentuk Gigi : Incisor
3. Posisi Mulut : Terminal
4. Jenis Ikan : Omnivora
Data Morfometrik
Ikan 1 : Berat : 0.9 gr
Panjang :
9.8 cm
Ikan 2 : Berat : 0.1 gr
Panjang :
9.2 cm
Ikan 3 : Berat : 0.2 gr
Panjang :
9.8 cm
Tabel1. Berat dan volume ikan sepat
Organ
|
Panjang (cm)
|
Berat (gr)
|
Volume (ml)
|
||
Sebelum
dikerik
|
Sesudah
dikerik
|
Sebelum
dikerik
|
Sesudah
dikerik
|
||
Usus 1
|
27
|
2
|
1
|
0.01
|
0.01
|
Usus 2
|
40
|
2
|
1
|
0.01
|
0.01
|
Usus 3
|
20
|
2
|
1
|
0.01
|
0.01
|
Makanan Ikan 1 : Tumbuhan hijau dan cacing
Makanan Ikan 2` : Tumbuhan hijau dan cacing
Makanan Ikan 3 : Belatung dan organism kecil
Perhitungan
Metode Grafimetrik =
1. Ikan 1 =
2. Ikan 2 =
3. Ikan 3 =
Metode Volemetrik =
1. Ikan 1 =
2. Ikan
2 =
3. Ikan 3 =
Pembahasan
Dari
hasil yang dilakukan dapat dilihat dari mulut ikan sepat yang berbentuk non
protaktil yaitu mulut dengan ukuran sempit dan ukuran makanan yang masuk juga
kecil. Hal ini sesuai dengan Novita (2013), Ikan pada umumnya akan mencari makanan yang jenis dan
ukurannya sesuai dengan bentuk dan ukuran mulutnya. Apabila ikan tersebut
bertambah besar maka ikan akan mengubah makanannya baik dalam ukuran maupun kualitasnya.
Berdasarkan variasi tipe makanan yang dikonsumsi, ikan dibedakan menjadi euriphagic yaitu ikan pemakan
bermacam-macam makanan, stenophagic yaitu
ikan pemakan makanan yang macamnya sedikit atau sempit, dan monophagic yaitu ikan yang makanannya
terdiri dari satu macam.
Dari hasil praktikum yang dilakukan
ikan sepat merupakan ikan omnivore dapat dilihat dari isi usus ikan yang berupa
cacing, tumbuhan hijau dan organism kecil. Hal ini sesuai Murjani (2009),
dengan makanan utama ikan
sepat adalah berupa tumbuh-tumbuhan air, cacing dan larva nyamuk. Rotifera dan
kutu air juga cocok untuk makanan benih ikan ini maka ikan ini dapat
digolongkan sebagai ikan omnivora dan diharapkan dapat diberikan makanan buatan
atau makanan tambahan.
Dari
hasil praktikum yang dilakukan dapat dilihat dari ukuran panjang usus ikan
sepat lumayan pendek yaitu 20-40 cm yang mana jenis makanan yang dimakan oleh
ikan sepat dapat dilihat dengan jelas. Hal ini sesuai dengan Muchtar (2015) ikan
omnivora memiliki kondisi fisiologis yang merupakan gabungan antara ikan
karnivora dan ikan herbivora yang makanannya terdiri dari tumbuhan dan hewan.
Ikan omnivora mempunyai sistem pencernaan antara bentuk herbivora dan karnivora,
memiliki lambung dan usus yang pendek, tebal dan elastic.
Dari
hasil prktikum yang dilakukan ikan sepat termasuk glongan ikan yang rakus
karena langsung memakan apa saja pakan yang diberikan saat didalam bak
pemeliharaan. Hal ini sesuai dengan Irawati (2011) Kebiasaan makanan ikan dipelajari
untuk menentukan gizi alamiah ikan tersebut. Pengetahuan tentang kebiasaan
makanan ikan dapat digunakan untuk melihat hubungan ekologi diantara organisme
diperairan tempat mereka berada, misalnya bentuk pemangsaan, persaingan, dan
rantai makanan.
Dari
hasil praktikum yang dilakukan usus ikan dapat ditemukan dengan mudah dan
dikeluarkan dengan mudah Karena letaknya yang strategis. Hal ini sesuai dengan
Raharjo dkk (2011), Usus ikan berada
diantara pilorik dan rectum. Fungsi usus selain sebagai organ untuk mencerna
makanan, juga sebagai tempat penyerapan makanan. Pada usus daerah penyerapan
ini berkaitan dengan panjang usus, banyak lipatan usus jumlah mikrofili dan
keberadaan pilorik. Panjang usus seringkali berkaitan dengan makanannya. Ikan-ikan herbivora umumnya mempunyai panjang usus
beberapa kali lebih panjang dari panjang tubuhnya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini
adalah sebagai berikut :
1. Cara makan ikan sepat
berdasarkan tempat mengambil makanan di permukaan (floating feeder) untuk mengambil makanan berupa fitoplankton,
tumbuhan air seperti alga dan ikan ini akan mengambil makanan di dasar perairan
(bottom feeder) dengan jenis makanan
seperti lumut-lumut yang menempel pada bebatuan, cacing air, jentik
nyamuk, sisa-sisa
makanan dan bahan organik.
2. Berat
dari makanan dalam usus ikan sepat
menggunakan metode gravimetrik dan volume
makanan dari usus ikan sepat
menggunakan metode volumetrik
3. Jenis
makanan yang terdapat dalam usus ikan sepat berupa jentik
nyamuk dan bahan organik.
Saran
Saran penulis terhadap praktikum
ini adalah sebaiknya praktikan lebih interaktif pada saat berjalannya
praktikum, agar praktikum dapat terlaksana dengan baik dan efisien.
Yasir, I., Syaifuddin dan Sumarjito. 2010. Identifikasi Jenis Ikan Anemon
(Amphiprioninae) Dan Anemon Simbionnya di Kepulauan Spermonde, Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmu dan
Teknologi Kelautan Tropis, 2(2). Hal: 10-16.
DAFTAR PUSTAKA
Ahzani,
R. T. 2015. Kebiasaan Makan Ikan Pirik (Lagusia
micrachantus) di Sungai Pattunuang Desa Samangki Kabupaten Maros.[Skripsi].
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Andri, M. H. 2013.
Produksi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Jantan Menggunakan Madu Lebah Hutan.
Fakultas Teknobiologi. Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta.
Asyari
dan K. Fatah. 2011. Kebiasaan Makan dan Biologi Reproduksi Ikan Motan (Thynnicthys polylepis) di Waduk
Kotapanjang Riau. Jurnal Bawal. 3(4) : 1-10.
Burhani,
A., Karmana. I. W dan Nofisulastri. 2013. Analisis Morfometrik Ikan Nila (
Oreochromis Niloticus L.) di Kelurahan Sayang-Sayang Kota Mataram sebagai Bahan
Ajar Mata Kuliah Taksonomi Hewan II. Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Mataram, Nusa Tenggara Barat.
Burhanuddin, A, I. 2012. Iktiologi,
Deepublish, Slemana.
Habibi, Sukendi dan N.
Aryani. 2013. Kematangan Gonad Ikan Sepat Mutiara dengan Pemberian Pakan yang
Berbeda. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia. 1(2) : 127-134.
Herliwati dan R. Mirjani. 2012.
Karakteristik Eko-Biologis Perikanan Beje di Kawasan Rawa Danau Bangkau
Kalimantan Selatan. Jurnal Limnotek. 18(1) : 26-37.
Irawati. 2011.
Kebiasaan Makanan Ikan Merah Lutjanus
boutton di Perairan Pallameang Kabupaten Pinrang Provinsi Sulawesi Selatan.
[Skripsi]. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Lagler, K. F., J. E. Bardach., R. R. Miller dan D. E. M. Passino. 1977.
Hawaii Institute of Marine Biology. University of Hawaii, Hawaii.
Maulana, R. A. 2012. Perubahan Kondisi Fisiologis
Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) Akibat
Pengaruh Perbedaan Ukuran dan Suhu Lingkungan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Muchtar,
D. P. 2015. Kebiasaan Makan Ikan Pirik (Lagusia
micrachantus) di Sungai Sanrego Desa Langi Kecamatan Bontocani Kabupaten
Bone. [Skripsi]. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Murjani, A.
2009. Budidaya Ikan Sepat
Rawa (Trichogaster trichopterus) dengan
Pemberian Pakan Komersil. Fakultas Perikanan. Universitas Lambung Mangkurat,
Banjarmasin.
Muslimatun., R. M. Putra dan D. Efizon. 2013. Meristik,
morphometric, Fish Growth Patterns And
Pearl Sepat (Trichogaster leeri).
Universitas Riau, Pekanbaru
Novita, B. S. 2013.
Studi Kebiasaan Makanan Ikan Cencen (Mystacoleucus
marginatus) di Sungai Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan. [Skripsi].
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Patriono, E., D. Anggraini dan E. Nofyan. 2012.
Studi Komposisi Fitoplankton sebagai Pakan Alami Ikan Sepat Rawa Stadium Muda
di Lebak Lebung Teloko Sumatera Selatan. Universitas Sriwijaya, Palembang.
Prawira. A.
R Pdan M. F. Rahardjo. 2014. Komposisi makanan ikan sepat siam(Trichopodus pectoralis regan,1910) Di danau
taliwang,Sumbawa.Vol 6 (1): 41- 46.
Rahardjo,
M. F., D. S. Sjafei, R. Affandi dan Sulistiono. 2011. Ikhtiologi. Penerbit
Lubuk Agung Bandung, Bandung.
Ramli, H. R dan M.
A. Rifai. 2010. Telaah Food Habits Parasit dan Biolimnologi Fase-Fase Kehidupan
Ikan Gabus di Perairan Umum Kalimantan Selatan. Jurnal Ecosystem. 10(2) : 1-9.
Rosarie, P. 2011.
Efektivitas Bacillus Thuringiensis
terhadap Pengendalian Larva Aedes Aegypti.
[Skripsi]. Universitas Indonesia, Jakarta.
Sari, F. W. 2008.
Studi Kebiasaan Makanan Ikan Layur di Perairan Palabuhan Ratu Kabupaten
Sukabumi Jawa Barat. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Wahyuningsih, H dan
Ternala. 2006. Iktiologi. Penerbit Lubuk Agung, Bandung.