Rabu, 21 Juni 2017

Makan dan Kebiasaan Makanan Ikan

Pendahuluan 
Latar Belakang
Indonesia merupakan sebuah negara yang kaya akan komoditas sumberdaya perikanan. Negara Indonesia yang dikenal dengan negara kepulauan menyebabkan setiap wilayah yang ada di Indonesia tidak lepas dari perairan pantai, hal tersebut menjadi salah satu keuntungan bagi masyarakat yang ada di Indonesia terutama masyarakat yang bermukim di pesisir pantai, karena telah menjadi salah satu mata pencaharian yang potensi bagi masyarakat Indonesia (Burhani, dkk., 2013).
            Ikan adalah hewan berdarah dingin, ciri khasnya adalah mempunyai tulang belakang, insang dan sirip, dan terutama ikan bergantung dengan air sebagai medium dimana tempat mereka tinggal. Ikan memiliki kemampuan di dalam air bergerak dengan menggunaka sirip untuk menjaga keseimbangan tuuhnya sehingga tidak tergantung pada arus atau gerakan air yang disebabkan oleh arah angin. Dalam keluarga hewan bertulang belakang /vetebrata ikan menempati jumlah terbesar hingga sekarang terdapat sekitar 25.000 spesies yang tercatat, walaupun perkiraannya ada pada kisaran 40.000 spesies, yang terdiri dari 483 famili dan 57 ordo (Burhanuddin, 2012).
Ikan merupakan hewan vertebrata yang paling banyak tersebar di dunia, ikan memiliki lebih dari 20.000 spesies yang tersebar di dunia dan ikan memiliki banyak bentuk. Bentuk tubuh ikan sangata berkaitan dengan habitat dan cara hidupnya secara umum bentuk tubuh ikan bilateral simetris. Ikan sebagai hewan air memiliki beberapa mekanisme fisologis yang tidak dimiliki oleh hewa darat. Perbedaan habitat menyebabkan perkembangan organ-organ ikan disesuaikan dengan kondisi lingkungan (Lagler, dkk., 1977).
Ikan merupakan organisme yang jumlah biomassanya terbesar dan juga organisme besar yang mencolok yang dapat ditemui di ekosistem terumbu karang. Banyaknya celah dan lubang yang terdapat di daerah terumbu karang memberikan tempat tinggal, perlindungan, tempat mencari makan dan berkembang biak bagi ikan dan hewan invertebrata yang berada disekitarnya. Ikan harus dapat mengetahui kekuatan maupun arah arus, karenanya ikan dilengkapi dengan organ yang dikenal sebagai linnea lateralis  (Yasir, dkk., 2010).
Fisiologi mempelajari fungsi organ-organ tubuh atau fungsi keseluruhan organisme. Organ artinya alat-alat tubuh seperti hati, paru-paru, insang, jantung, ginjal yang merupakan bagian tubuh hewan sedangkan pada tumbuhan organ antara lain meliputi akar, batang, daun, bunga. Organ-organ tersebut menyusun suatu organisme yaitu makhluk hidup baik yang makroskopik (berukuran besar, dapat dilihat dengan mata manusia tanpa bantuan alat) maupun yang mikroskopis (berukuran kecil, tidak dapat dilihat dengan mata manusia tanpa bantuan alat). Fisiologi mencakup pembahasan tentang apa yang dilakukan oleh makhluk hidup dan bagaimana mereka melakukan agar mereka lulus hidup dan dapat mengatasi berbagai tantangan dari lingkungan hidupnya sehingga mereka dapat beradaptasi dan memppertahankan eksistensinya (Maulana, 2012).
Pengenalan struktur ikan tidak terlepas dari morfologi ikan yaitu bentuk luar ikan yang merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari jenis-jenis ikan. Morfologi ikan sangat berhubungan dengan habitatnya, sehingga ada baiknya kita mempelahari bagian bagaian tubuh ikan secara keseluruhan beseta ukuran-ukuran yang digunakan dalam identifikasi. Misalnya sebagai hewan air, baik itu diperairan laut atau tawar menyebabkan ikan  mengetahui konsentrasi cairan untk berosmeregulasi
(Wahyuningsih dan Ternala, 2006 ).
Hidup secara bebas diperairan menyebabkan ikan bisa memakan apa saja yang ditemukan. Makanan tersebut dapat berupa lamun, zooplankton, zoobentos, ataupun ikan kecil lainnya. makanan yang dimakan oleh ikan dimanfaatkan langsung dalam siklus metabolisme hidupnya yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan, reproduksi, dan tingkat keberhasilan hidup ikan di perairan sehingga ketersediaan makanan di suatu perairan merupakan faktor yang mempengaruhi besar kecilnya populasi ikan di perairan tersebut. Persaingan dalam hal makanan, baik antara spesies maupun antara individu dalam spesies yang sama akan mengurangi persediaan makanan, sehingga yang diperlukan oleh ikan tersebut menjadi pembatas (Novita, 2013).
Makanan bagi ikan dapat merupakan faktor yang menentukan populasi, pertumbuhan, dan kondisi ikan, Macam makanan satu spesies ikan tergantung pada umur, tempat, waktu, dan alat pencernaan dari ikan itu sendiri. Pakan ikan secara ekologis merupakan hal yang utama dalam mempengaruhi penyebaran ikan
khususnya ikan air tawar. Dengan mengetahui makanan atau kebiasaan makan satu jenis ikan dapat dilihat hubungan ekologi antara ikan dengan organisme lain yang ada di suatu perairan, misalnya bentuk-bentuk pemangsaan, saingan, dan rantai makanan. Makanan ikan adalah organisme hidup baik tumbuhan ataupun hewan yang dapat dikonsumsi ikan di habitatnya, dapat berupa tumbuhan (makrofita), algae, plankton, ikan, udang, cacing, benthos, dan serangga atau larva serangga. Urutan kebiasaan makanan ikan dikategorikan ke dalam tiga golongan yaitu pakan utama, pelengkap, dan tambahan (Asyari dan Fatah, 2011).

Ikan sepat siam merupakan salah satu spesies ikan yang hidup di perairan umum. Ikan ini tergolong ke dalam kelompok ikan sungai yang habitatnya di perairan rawa. Ikan sepat siam memiliki kelebihan dalam pembudidayaan dan nilai ekonomisnya. Namun ikan sepat rawa ini populasinya berkurang karena adanya persaingan dengan ikan alami lainnya seperti ikan sepat siam yang kebutuhan pakan dan persyaratan hidupnya hampir sama dan adanya kecenderungan penangkapan ikan yang berlebihan. Ikan sepat rawa memiliki nilai ekonomi yang tinggi, dimana awalnya adalah sebagai sumber protein di daerah pedesaan, namun sekarang sudah merupakan sumber protein bagi warga perkotaan bahkan dijadikan sebagai cendramata dan makanan bagi para pengunjung ke daerah penghasil (Patriono, dkk., 2012).
Tujuan Praktikum
            Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.    Untuk mengetahui cara makan Ikan Sepat (Trichogaster pectoralis) dalam mengambil makanan dalam perairan.
2.    Untuk mengetahui metode yang digunakan untuk mengukur kebiasaaan makan Ikan Sepat (Trichogaster pectoralis).
3.    Untuk mengetahui jenis makanan yang terdapat pada usus Ikan Sepat (Trichogaster pectoralis).
Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini adalah sebagai sumber informasi tentang makan dan kebiasaan makan, jenis makanan yang dimakan oleh Ikan Sepat (Trichogaster pectoralis) serta sebagai salah satu syarat masuk mengikuti praktikal  di Laboratorium Biologi Perikanan Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

TINJAUAN PUSTAKA
Ikan Sepat (Trichogaster pectoralis)
                Ikan sepat (Trichogaster pectoralis) memiliki ciri-ciri bentuk tubuhnya seperti ikan sepat siam yaitu tubuhnya pipih, kepalanya mirip dengan ikan gurami muda yaitu lancip. Panjang tubuhnya tidak dapat lebih besar dari 15 cm, permulaan sirip punggung terdapat di atas bagian yang lemah dari sirip dubur. Pada tubuhnya ada dua bulatan hitam, satu di tengah-tengah dan satu di pangkal sirip ekor. Sirip ekor terbagi ke dalam dua lekukan yang dangkal, memiliki permulaan sirip punggung atas yang lemah dari sirip duburnya, bagian kepala dibelakang mata dua kali lebih dari permulaan sirip punggung di atas bagian berjari-jari keras dari sirip dubur (Murjami, 2009).
Sepat memiliki warna kehijauan sampai kebiruan dengan beberapa pita warna kuning bewarna gelap dan sebuah bercak di tengah sisi pada pangkal sirip ekor, termasuk kedalam subordo Anabantoidei yang memiliki labirin pada insang sebagai ciri khususnya, adanya organ ini memungkinkan ikan menghirup oksigen dari udara. Kebanyakan hidup di air yang tenang dan kadang- kadang hidup di perairan dengan konsentrasi oksigen rendah di antara vegetasi yang lebat. Membangun sarang berbusa dimana mereka menyimpan telurnya. Ciri- cirinya pada sirip perut mempunyai jari- jari seperti filamen yang panjangnya hampir sama dengan panjang badan, sirip ekor berbentuk sabit sedikit cekung         (Habibi, dkk., 2013).
            Ikan sepat siam memiliki sisik ctenoid, sisik yang berwarna sedikit gelap garis berbentuk seperti sirculi dan anuli. Di bagian anterior sisik terdapat radii dan pada bagian postorior terdapat rigi-rigi yang terdiri dari satu baris atau lebih. Ikan sepat siam banyak di temukan di perairan rawa, ikan ini termasuk ikan yang bertahan pada lingkungkungan yang berlumpur dan miskin oksigen  kerena memiliki labyrint. Ikan ini termasuk golongan ikan pemakan semua memilki sifat omnivore (Muslimatun dkk., 2013).
Keberadaan ikan sepat disuatu perairan terkait dengan keberadaan tumbuhan air. Tumbuhan air mendukung perkembangan ikan sepat siam di danau ini. Tumbuhan air penting bagi ikan sepat siam pada saat bereproduksi. Ikan sepat siam memijah dengan membuat sarang dan meletakkan telurnya pada sarang yang ditempelkan di tumbuhan air. Selain aspek reproduksi, tumbuhan air juga berkaitan erat dengan proses ikan ini mencari makan                                                  (Prawira dan Rahardjo, 2014).
Ikan sepat siam bersifat musiman dan kehidupannya masih liar di alam. Karena sifatnya musiman sehingga ada tidaknya ikan sepat rawa di pasaran tergantung kepada musim. Agar ikan sepat selalu ada di pasaran diperlukan adanya pemeliharaan ikan sepat rawa di lingkungan budidaya. Ikan sepat siam terdiri dari berbagai varietas, sehingga diteliti pula varietas mana yang paling baik pertumbuhannya apabila dipelihara di lingkungan budidaya. Ikan sepat siam menyukai rawa-rawa, danau, sungai dan parit-parit yang berair tenang terutama yang banyak ditumbuhi tumbuhan air, juga kerap terbawa oleh banjir dan masuk ke kolam-kolam serta saluran- saluran air hingga ke sawah. Ikan ini sering ditemui di tempat-tempat yang terlindung oleh vegetasi atau sampah-sampah yang menyangkut di tepi air (Herliwati dan Mirjani, 2012).
Makanan Ikan Sepat (Trichogaster pectoralis)
Makanan utama ikan sepat adalah berupa tumbuh-tumbuhan air, cacing dan larva nyamuk. Rotifera dan kutu air juga cocok untuk makanan benih ikan ini maka ikan ini dapat digolongkan sebagai ikan omnivora dan diharapkan dapat diberikan makanan buatan atau makanan tambahan. Jenis pakan yang dapat diberikan pada ikan berupa pakan alami maupun pakan buatan. Secara umum pakan ikan yang baik mengandung protein antara 20 – 40 %, lemak antara 5 – 14 % dan khusus untuk ikan omnivora kandungan karbohidratnya menghendaki sekitar 9% saja. Banyaknya pemberian pakan setiap harinya secara optimal adalah 30% dari berat tubuh. Menurut kebiasaan tempat makan, ikan sepat termasuk jenis floating feeder yaitu pemakan di permukaan air, terkadang juga bersifat bottom feeder yaitu pemakan di dasar perairan. Ikan sepat termasuk ikan yang aktif, bergerak cepat ketika diberi pakan tambahan (Murjani, 2009).
            Jentik nyamuk terdiri dari kepala, toraks, dan abdomen, serta ada corong udara dengan pekten dan sekelompok bulu-bulu. Sepanjang hidupnya, jentik kebanyakan berdiam di permukaan air walaupun mereka akan berenang ke dasar kontainer jika terganggu atau sedang mencari makanan. Pada saat istirahat, jentik membentuk sudut dengan permukaan air. Umur rata-rata pertumbuhan mulai jentik sampai menjadi kepompong nyamuk berkisar antara 8-14 hari. Jentik mengalami empat masa pertumbuhan (Instar) yaitu instar I sampai instar IV (Rosarie, 2011).
Ada dua faktor yang meransang ikan untuk makan. Pertama, faktor yang mempengaruhi motivasi internal atau pendorong ikan untuk makan, termasuk waktu, musim, intensitas cahaya, saat dan jenis makanan berakhir, suhu, dan ritme internal lainnnya. Kedua, adalah ransangan makan yang diterima oleh indera seperti bau, rasa, tampila dan sebagainya. Gabungan kedua faktor tersebut menentukan kapan dan bagaimana ikan akan makan dan apa yang ingin dimakannnya. Ransangan visual yang mampu memicu ikan mencari makan dapat berupa gerak, warna, atau bentuk. Intensitas cahaya mempengaruhi gerak ikan dalam mencari makanan (Rahardjo, dkk., 2011).
Kelompok makanan ikan yang dilihat dari banyaknya jenis makanan yang dimakan dapat digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu yang pertama yaitu makanan utama atau dasar yaitu makanan yang biasa atau umumnya dikomsumsi oleh ikan meliputi bagian terbesar dari yang terkandung di dalam lambung. Kedua, makanan sekunder atau tambahan yaitu makan yang sering ditemukan di dalam lambung ikan tetapi jumlahnya kecil atau sedikit. Ketiga, makanan pelengkap yaitu makanan yang jarang ditemukan di dalam lambung ikan bahkan tidak ditemukan di lambung (Ramli dan Rifai, 2010).
            Ikan pada umumnya akan mencari makanan yang jenis dan ukurannya sesuai dengan bentuk dan ukuran mulutnya. Apabila ikan tersebut bertambah besar maka ikan akan mengubah makanannya baik dalam ukuran maupun kualitasnya. Berdasarkan variasi tipe makanan yang dikonsumsi, ikan dibedakan menjadi euriphagic yaitu ikan pemakan bermacam-macam makanan, stenophagic yaitu ikan pemakan makanan yang macamnya sedikit atau sempit, dan monophagic yaitu ikan yang makanannya terdiri dari satu macam. Makanan yang dimanfaatkan oleh ikan pertama-tama digunakan untuk memelihara tubuh dan menggantikan organ-organ tubuh yang rusak, sedangkan kelebihannya digunkan untuk pertumbuhan (Novita, 2013).
            Suatu spesies ikan di alam memiliki hubungan yang sangat erat dengan keberadaan makanannya. Beberapa faktor makanan yang berhubungan dengan populasi tersebut yaitu jumlah dan kualitas makanan yang tersedia, akses terhadap makanan, dan lama masa pengambilan sejumlah makanan oleh ikan dalam populasi tersebut. Adanya makanan di perairan selain terpengaruh berbagai oleh kondisi biotik seperti diatas ditentukan pula oleh kondisi lingkungan seperti suhu, cahaya, ruangan luas permukaan. Jenis makanan yang akan dimakan oleh ikan tergantung ketersediaan jenis makanan dialam dan juga adaptasi fisiologis ikan tersebut misalnya panjang usus, sifat dan kondisi fisologis pencernaan, bentuk gigi, bentuk tubuh dan tingkah lakunya (Andri, 2013).
Kebiasaan Makan Ikan Sepat  (Trichogaster pectoralis)
Kebiasaan makanan adalah jenis, kualitas dan kuantitas makanan yang dimakan oleh ikan. Faktor yang mempengaruhi jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh suatu spesies ikan adalah umur, tempat dan waktu. Keberadaan makanan alami di alam sangat tergantung dari perubahan lingkungan, seperti kandungan bahan organik, fluktuasi suhu, itensitas cahaya matahari, ruang dan luas tempat pencarian makanan. Jadi ikan dengan spesies sama dan hidup di habitat yang berbeda, dapat mempunyai kebiasaan makanan yang tidak sama. Tidak semua macam makanan yang ada dalam suatu perairan dimakan oleh ikan. Beberapa faktor yang mempengaruhi dimakan atau tidaknya suatu zat makanan oleh ikan antara lain yaitu ukuran makanan, warna makanan, dan selera ikan terhadap makanan (Ahzani, 2015).
Kebiasaan makanan ikan dipelajari untuk menentukan gizi alamiah ikan tersebut. Pengetahuan tentang kebiasaan makanan ikan dapat digunakan untuk melihat hubungan ekologi diantara organisme diperairan tempat mereka berada, misalnya bentuk pemangsaan, persaingan, dan rantai makanan. Jadi, makanan dapat merupakan faktor yang menentukan bagi keberadaan populasi. Kebiasaan makanan adalah jenis, kuantitas dan kualitas makanan yang dimakan oleh ikan, sedangkan kebiasaan cara makan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan waktu, tempat dan lebih lanjut, bagaimana cara ikan memperoleh makanannya (Irawati, 2011).
Setiap organisme membutuhkan energi untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan, pemeliharaan, dan berkembangbiak yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsinya. Dari sejumlah makanan yang dimakan oleh ikan kurang lebih hanya 10% yang digunakan untuk tumbuh dan menambah beratnya, sedangkan yang selebihnya digunakan untuk tenaga atau memang tidak dapat dicerna. Hal ini juga berhubungan dengan sistem pencernaan yang terjadi dalam tubuh ikan. Secara umum, saluran pencernaan pada ikan terdiri dari mulut, rongga mulut, faring, esofagus, lambung, pilorus, usus, rektum dan anus. Sedangkan kelenjar pencernaannya terdiri dari hati dan kantong empedu. Di samping itu, saluran pencernaannya (lambung dan usus) juga berfungsi sebagai kelenjar pencernaan (Sari, 2008).
Usus ikan berada diantara pilorik dan rectum. Fungsi usus selain sebagai organ untuk mencerna makanan, juga sebagai tempat penyerapan makanan. Pada usus daerah penyerapan ini berkaitan dengan panjang usus, banyak lipatan usus jumlah mikrofili dan keberadaan pilorik. Panjang usus seringkali berkaitan dengan makanannya. Ikan-ikan herbivora umumnya mempunyai panjang usus beberapa kali lebih panjang dari panjang tubuhnya sedangkan ikan karnivora dan omnivora umumnya mempunyai panjang usus lebih pendek. Karena dengan memakan daging lebih mudah dicerna daripada serat tumbuhan. Selain panjang sebenarnya yang penting adalah area permukaan internal mukosa usus. Ikan  herbivora dan karnivor mempunyai villi yang tinggi sehingga daerah penyerapan makanan cukup luas (Rahardjo, dkk., 2011).
Usus mempunyai banyak variasi, berdasarkan kebiasaaan makanan ikan dapat ditentukan dari perbandingan panjang saluran pencernaannya dengan panjang total tubuhnya. Ikan herbivora memiliki saluran pencernaan yang panjang dan berkali lipat dibandingkan panjang tubuhnya dan makanan utamanya terdiri dari tumbuhan (pemakan tumbuhan), oleh karena itu ikan herbivora memiliki usus yang lebih panjang karena tumbuhan memerlukan waktu yang lama untuk dicerna. Sedangkan dengan ikan karnivora memiliki usus yang lebih pendek dan hanya memakan daging. Ikan omnivora memiliki kondisi fisiologis yang merupakan gabungan antara ikan karnivora dan ikan herbivora yang makanannya terdiri dari tumbuhan dan hewan. Ikan omnivora mempunyai sistem pencernaan antara bentuk herbivora dan karnivora, memiliki lambung dan usus yang pendek, tebal dan elastis (Muchtar, 2015).

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 27 Maret 2017 pukul 15.00 WIB sampai dengan selesai di Laboratorium Terpadu, Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Alat dan Bahan Praktikum
            Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah cawan petri digunakan untuk tempat meletakkan usus ikan, nampan untuk tempat meletakkan ikan, pisau cutter untuk alat bedah perut ikan, gelas ukur untuk mengukur volume pengenceran makanan dalam usus ikan, kertas milimeter block digunakan sebagai alat pengukuran panjang ikan dan usus ikan, timbangan untuk mengetahui berat ikan, alat tulis untuk mencatat hasil praktikum dan kamera digital untuk mengambil dokumentasi praktikum.
            Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Ikan Sepat (Trichogaster pectoralis) sebagai bahan utama pengamatan, air untuk bahan mengukur volume makanan dalam usus ikan, tissu untuk membersihkan alat yang telah digunakan.
Prosedur Praktikum
Prosedur praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.    Alat dan bahan praktikum disiapkan.
2.    Usus ikan sepat dibedah dengan menggunakan pisau cutter.
3.    Usus ikan sepat diukur panjangnya menggunakan kertas millimeter block.
4.    Usus ikan dikerik sampai bagian isi usus keluar.
5.    Usus dan isi usus ikan ditimbang menggunakan timbangan analitik.
6.    Air dimasukkan ke dalam gelas ukur sebanyak 10 ml.
7.    Usus dan bagian isi usus ikan yang telah dikerik dimasukkan ke dalam gelas ukur .
8.    Volume pengenceran usus dan makanan dalam usus ikan dihitung menggunakan rumus.
9. Hasil pengamatan dicatat dalam buku gambar dan didokumentasikan menggunakan kamera digital.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Klasifikasi
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Actinopterygii
Ordo                : Perciformes
Family             : Osphronemidae
Genus              : Trichogaster
Spesies            : Trichogaster pectoralis (Syahputra, 2014).
Hasil Identifikasi
1. Bentuk Mult Ikan   : Non-Protactile
2. Bentuk Gigi                        : Incisor
3. Posisi Mulut            : Terminal
4. Jenis Ikan                : Omnivora
Data Morfometrik
Ikan 1 : Berat              : 0.9 gr
             Panjang          : 9.8 cm
Ikan 2 : Berat              : 0.1 gr
             Panjang          : 9.2 cm

Ikan 3 : Berat              : 0.2 gr
             Panjang          : 9.8 cm
Tabel1. Berat dan volume ikan sepat
Organ
Panjang (cm)
Berat (gr)
Volume (ml)
Sebelum dikerik
Sesudah dikerik
Sebelum dikerik
Sesudah dikerik
Usus 1
27
2
1
0.01
0.01
Usus 2
40
2
1
0.01
0.01
Usus 3
20
2
1
0.01
0.01

Makanan Ikan 1          : Tumbuhan hijau dan cacing
Makanan Ikan 2`         : Tumbuhan hijau dan cacing
Makanan Ikan 3          : Belatung dan organism kecil
Perhitungan
Metode Grafimetrik =
1. Ikan 1 =  
2. Ikan 2 =  
3. Ikan 3 =  
Metode Volemetrik =
1. Ikan 1 =
2. Ikan 2 =
3. Ikan 3 =
Pembahasan
            Dari hasil yang dilakukan dapat dilihat dari mulut ikan sepat yang berbentuk non protaktil yaitu mulut dengan ukuran sempit dan ukuran makanan yang masuk juga kecil. Hal ini sesuai dengan Novita (2013), Ikan pada umumnya akan mencari makanan yang jenis dan ukurannya sesuai dengan bentuk dan ukuran mulutnya. Apabila ikan tersebut bertambah besar maka ikan akan mengubah makanannya baik dalam ukuran maupun kualitasnya. Berdasarkan variasi tipe makanan yang dikonsumsi, ikan dibedakan menjadi euriphagic yaitu ikan pemakan bermacam-macam makanan, stenophagic yaitu ikan pemakan makanan yang macamnya sedikit atau sempit, dan monophagic yaitu ikan yang makanannya terdiri dari satu macam.
            Dari hasil praktikum yang dilakukan ikan sepat merupakan ikan omnivore dapat dilihat dari isi usus ikan yang berupa cacing, tumbuhan hijau dan organism kecil. Hal ini sesuai Murjani (2009), dengan makanan utama ikan sepat adalah berupa tumbuh-tumbuhan air, cacing dan larva nyamuk. Rotifera dan kutu air juga cocok untuk makanan benih ikan ini maka ikan ini dapat digolongkan sebagai ikan omnivora dan diharapkan dapat diberikan makanan buatan atau makanan tambahan.
            Dari hasil praktikum yang dilakukan dapat dilihat dari ukuran panjang usus ikan sepat lumayan pendek yaitu 20-40 cm yang mana jenis makanan yang dimakan oleh ikan sepat dapat dilihat dengan jelas. Hal ini sesuai dengan Muchtar (2015) ikan omnivora memiliki kondisi fisiologis yang merupakan gabungan antara ikan karnivora dan ikan herbivora yang makanannya terdiri dari tumbuhan dan hewan. Ikan omnivora mempunyai sistem pencernaan antara bentuk herbivora dan karnivora, memiliki lambung dan usus yang pendek, tebal dan elastic.
            Dari hasil prktikum yang dilakukan ikan sepat termasuk glongan ikan yang rakus karena langsung memakan apa saja pakan yang diberikan saat didalam bak pemeliharaan. Hal ini sesuai dengan Irawati (2011) Kebiasaan makanan ikan dipelajari untuk menentukan gizi alamiah ikan tersebut. Pengetahuan tentang kebiasaan makanan ikan dapat digunakan untuk melihat hubungan ekologi diantara organisme diperairan tempat mereka berada, misalnya bentuk pemangsaan, persaingan, dan rantai makanan.
         Dari hasil praktikum yang dilakukan usus ikan dapat ditemukan dengan mudah dan dikeluarkan dengan mudah Karena letaknya yang strategis. Hal ini sesuai dengan Raharjo dkk (2011),  Usus ikan berada diantara pilorik dan rectum. Fungsi usus selain sebagai organ untuk mencerna makanan, juga sebagai tempat penyerapan makanan. Pada usus daerah penyerapan ini berkaitan dengan panjang usus, banyak lipatan usus jumlah mikrofili dan keberadaan pilorik. Panjang usus seringkali berkaitan dengan makanannya. Ikan-ikan herbivora umumnya mempunyai panjang usus beberapa kali lebih panjang dari panjang tubuhnya.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
       Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.    Cara makan ikan sepat berdasarkan tempat mengambil makanan di permukaan (floating feeder) untuk mengambil makanan berupa fitoplankton, tumbuhan air seperti alga dan ikan ini akan mengambil makanan di dasar perairan (bottom feeder) dengan jenis makanan seperti lumut-lumut yang menempel pada bebatuan, cacing air, jentik nyamuk, sisa-sisa makanan dan bahan organik.
2.    Berat dari makanan dalam usus ikan sepat menggunakan metode gravimetrik dan volume makanan dari usus ikan sepat menggunakan metode volumetrik
3.    Jenis makanan yang terdapat dalam usus ikan sepat berupa jentik nyamuk dan bahan organik.
Saran
Saran penulis terhadap praktikum ini adalah sebaiknya praktikan lebih interaktif pada saat berjalannya praktikum, agar praktikum dapat terlaksana dengan baik dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA

Ahzani, R. T. 2015. Kebiasaan Makan Ikan Pirik (Lagusia micrachantus) di Sungai Pattunuang Desa Samangki Kabupaten Maros.[Skripsi]. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Andri, M. H. 2013. Produksi Ikan Nila  (Oreochromis niloticus) Jantan Menggunakan Madu Lebah Hutan. Fakultas Teknobiologi. Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta.
Asyari dan K. Fatah. 2011. Kebiasaan Makan dan Biologi Reproduksi Ikan Motan (Thynnicthys polylepis) di Waduk Kotapanjang Riau. Jurnal Bawal. 3(4) : 1-10.
Burhani, A., Karmana. I. W dan Nofisulastri. 2013. Analisis Morfometrik Ikan Nila ( Oreochromis Niloticus L.) di Kelurahan Sayang-Sayang Kota Mataram sebagai Bahan Ajar Mata Kuliah Taksonomi Hewan II. Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Mataram, Nusa Tenggara Barat.
Burhanuddin, A, I. 2012. Iktiologi, Deepublish, Slemana.
Habibi, Sukendi dan N. Aryani. 2013. Kematangan Gonad Ikan Sepat Mutiara dengan Pemberian Pakan yang Berbeda. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia. 1(2) : 127-134.
Herliwati dan R. Mirjani. 2012. Karakteristik Eko-Biologis Perikanan Beje di Kawasan Rawa Danau Bangkau Kalimantan Selatan. Jurnal Limnotek. 18(1) : 26-37.
Irawati. 2011. Kebiasaan Makanan Ikan Merah Lutjanus boutton di Perairan Pallameang Kabupaten Pinrang Provinsi Sulawesi Selatan. [Skripsi]. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Lagler, K. F., J. E. Bardach., R. R. Miller dan D. E. M. Passino. 1977. Hawaii Institute of Marine Biology. University of Hawaii, Hawaii.
Maulana, R. A. 2012. Perubahan Kondisi Fisiologis Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) Akibat Pengaruh Perbedaan Ukuran dan Suhu Lingkungan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Muchtar, D. P. 2015. Kebiasaan Makan Ikan Pirik (Lagusia micrachantus) di Sungai Sanrego Desa Langi Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone. [Skripsi]. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Murjani,  A. 2009. Budidaya Ikan Sepat Rawa (Trichogaster trichopterus) dengan Pemberian Pakan Komersil. Fakultas Perikanan. Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin.

Muslimatun., R. M. Putra dan D. Efizon. 2013. Meristik, morphometric, Fish Growth Patterns And Pearl Sepat (Trichogaster leeri). Universitas Riau, Pekanbaru
Novita, B. S. 2013. Studi Kebiasaan Makanan Ikan Cencen (Mystacoleucus marginatus) di Sungai Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan. [Skripsi]. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Patriono, E., D. Anggraini dan E. Nofyan. 2012. Studi Komposisi Fitoplankton sebagai Pakan Alami Ikan Sepat Rawa Stadium Muda di Lebak Lebung Teloko Sumatera Selatan. Universitas Sriwijaya, Palembang.
Prawira. A. R Pdan M. F. Rahardjo. 2014. Komposisi makanan ikan sepat siam(Trichopodus pectoralis regan,1910) Di danau taliwang,Sumbawa.Vol 6 (1): 41- 46.
Rahardjo, M. F., D. S. Sjafei, R. Affandi dan Sulistiono. 2011. Ikhtiologi. Penerbit Lubuk Agung Bandung, Bandung.
Ramli, H. R dan M. A. Rifai. 2010. Telaah Food Habits Parasit dan Biolimnologi Fase-Fase Kehidupan Ikan Gabus di Perairan Umum Kalimantan Selatan. Jurnal Ecosystem. 10(2) : 1-9.
Rosarie, P. 2011. Efektivitas Bacillus Thuringiensis terhadap Pengendalian Larva Aedes Aegypti. [Skripsi]. Universitas Indonesia, Jakarta.
Sari, F. W. 2008. Studi Kebiasaan Makanan Ikan Layur di Perairan Palabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Wahyuningsih, H dan Ternala. 2006. Iktiologi. Penerbit Lubuk Agung, Bandung.

Yasir, I., Syaifuddin dan Sumarjito. 2010. Identifikasi Jenis Ikan Anemon (Amphiprioninae) Dan Anemon Simbionnya di Kepulauan Spermonde, Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 2(2). Hal: 10-16.